Image Artikel Digidoc - 'Demam Tifoid'

Sumber Foto : Pexels

Demam Tifoid

Demam Tipoid atau kebanyakan orang menyebutnya demam tipes sering terjadi di indonesia, kenapa penyakit ini sering terjadi? Dan bagaimana penanganannya?, yuk simak pada artikel berikut

Demam tifoid adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi banyak organ. Tanpa pengobatan yang cepat penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal.

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella typhi, dimana infeksi ini terjadi pada orang memiliki sanitasi yang buruk.

Pada umumnya anak – anak cenderung lebih berisiko terkena penyakit ini, yang mungkin disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang belum terbentuk sempurna.

Tetapi anak-anak dengan demam tifoid cenderung memiliki gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa.

Penyebab Demam Tifoid

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut Salmonella typhi. Salmonella typhi sering dikaitkan dengan bakteri yang menyebabkan salmonellosis, infeksi usus serius lainnya, tetapi bakteri ini tidak sama.

Rute penularan fekal-oral

Infeksi Salmonella typhi ini ditularkan dalam tinja dan kadang-kadang dalam urin orang yang terinfeksi. Jika Anda makan makanan yang telah dibuat oleh seseorang yang menderita demam tifoid dan yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan toilet, Anda dapat terinfeksi.

Di negara berkembang, kebanyakan orang terinfeksi dengan meminum air yang terkontaminasi. Bakteri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi dan melalui kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi.

Pembawa

Bahkan setelah pengobatan antibiotik, sejumlah kecil orang yang sembuh dari demam tifoid tetap membawa bakteri. Orang-orang ini, yang dikenal sebagai pembawa kronis, tidak lagi memiliki tanda atau gejala penyakit itu sendiri. Namun, mereka masih mengeluarkan bakteri dalam kotorannya dan mampu menginfeksi orang lain.

Gejala Demam Tifoid

Gejala awal yang dialami adalah demam, dimana demam yang dialami berlangsung terus menerus dengan suhu 39- 40oC.

Gejala lain dapat meliputi:

  • Kelemahan
  • Sakit perut
  • Sakit kepala
  • Diare atau sembelit
  • Batuk
  • Kehilangan selera makan

Pada beberapa orang dapat terlihat ruam berbintik merah pada kulitnya.

Penanganan Demam Tifoid

Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik. Karena resistensi terhadap antibiotik telah muncul termasuk terhadap fluoroquinolones, antibiotik yang lebih baru seperti sefalosporin dan azitromisin dapat digunakan.

Bagi orang yang dirawat karena demam tifoid harus melakukan hal berikut:

  • Minum antibiotik yang diresepkan selama yang diresepkan dokter.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan kamar mandi, dan jangan menyiapkan atau menyajikan makanan untuk orang lain, sehingga dapat menurunkan kemungkinan menularkan infeksi ke orang lain.
  • Lakukan tes kembali untuk memastikan tidak ada bakteri Salmonella Typhi yang tersisa di tubuh mereka.

Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mendapatkan vaksin tifod dan menjaga kebersihan makanan yang baik seperti:

  • Pastikan makanan dimasak dengan benar dan masih panas saat disajikan.
  • Hindari susu mentah dan produk yang terbuat dari susu mentah. Minum hanya susu yang dipasteurisasi atau direbus
  • Hindari es kecuali terbuat dari air yang aman
  • Jika keamanan air minum diragukan Anda dapat merebusnya
  • Cuci tangan secara menyeluruh dan sering menggunakan sabun, terutama setelah kontak dengan hewan peliharaan atau hewan ternak, atau setelah dari toilet
  • Cuci buah dan sayuran dengan hati-hati, terutama jika dimakan mentah. Jika memungkinkan, sayuran dan buah-buahan harus dikupas  

Komplikasi Demam Tifoid

Seseorang dengan demam tifoid parah mungkin mengalami muntah parah, diare, dan perut kembung sehingga membutuhkan perawatan segera. Jika tidak diberikan penangan dengan tepat komplikasi dapat terjadi seperti:

  • Pendarahan saluran cerna
  • Perforasi usus, yang dapat menyebabkan peritonitis. Ini terjadi pada sekitar 8–39% orang.
  • Sepsis
  • Komplikasi paru-paru, seperti abses, empiema, atau fistula bronkopleural
  • Ensefalopati tifoid, yang memiliki tingkat kematian 55%
  • Meningitis
  • Gejala neurologis, seperti psikosis dan kekakuan otot

Miokarditis atau perikarditi 

0
0
158

DIGIDOC